Anggur Bali

|



Anggur Bali (Alphonse Lavallée) ketika dipertegas oleh Menteri Pertanian RI, sebenarnya merupakan varietas untuk bahan minuman, bukan untuk konsumsi buah segar. Perkembangan anggur Bali sebenarnya dikembangkan sejak Penjajahan Belanda, yaitu tahun 1900-an. Pada masa itu, dibangun Kebun Percobaan Banjarsari di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, dengan koleksi sekitar 30 varietas anggur. Namun yang kemudian paling populer adalah Varietas anggur yang dikembangkan di Probolinggo (Jatim) dan Buleleng (Bali).

Perkembangan budidaya anggur di Indonesia tidak terlepas dari upaya penyebaran agama Kristen Katolik oleh Belanda. Kebiasaan orang Belanda untuk menyediakan minuman anggur dalam perayaan Ekaristi menjadi alasan berkembangnya perkebunan anggur di Indonesia. Dalam ajaran Katolik yang diyakini oleh Bangsa penjajah dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK), Kanon 924 memang mengatur penggunaan anggur dalam Perayaan Ekaristi. Sehingga anggur yang dibudidayakan oleh Belanda adalah anggur untuk bahan minuman wine.

Anggur Bali yang merupakan varietas Alphonse Lavallée, dikembangkan pertama kali oleh Alphonse Lavallée (1791 - 1873), pendiri hotel the École Centrale Paris. Jenis anggur ini dikembangkan oleh Alphonse sebagai bahan baku pembuatan minuman wine di hotel. Karena dari awal anggur Bali merupakan bahan baku minuman wine, sifat buahnya sangat mudah hancur, sesuai dengan sifat anggur wine. Sehingga sampai sekarang petani tidak begitu memahami ini, padahal sudah terlihat sekali ciri dan kelemahan anggur Bali yang terkenal sangat cepat busuk, karena bukan jenis anggur untuk dikonsumsi langsung sebagai buah segar.

0 Orang Mengomentari "Anggur Bali"

Ajukan Komentar Anda